Kamis, 24 November 2011

makalah Keterampilan Menyimak

KETERAMPILAN MENYIMAK

Penyusun :

Syamsul Bachri


PROGRAM STUDI BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2011

A. Latar Belakang Masalah

Makalah ini disusun berdasarkan gagasan kreatif yang disusun secara komprehensif dan menggunakan data akurat (terpercaya), analisis secara runtut ,tajam dan diakhiri dengan kesimpulan yang relevan. Adapun maksud serta tujuan tim penyusun melakukan studi pustaka ini antara lain :

1. Sekolah – sekolah kita selama ini tidak begitu memperhatikan keterampilan menyimak.

2. Buku – buku keterampilan berbahasa masih sangat langaka dalam Bahasa Indonesia.

B. Masalah

1. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa ( language arts, language skills ) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu:

a. Keterampilan menyimak (listening skills)

b. Keterampilan berbicara (speaking skills)

c. Keterampilan membaca (reading skills)

d. Keterampilan menulis (writing skills)

Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan, mula – mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum kita memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis kita pelajari di sekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan ( catur tunggal).

Setiap keterampilan itu erat hubungannya dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa, bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir ( Dawson [et al],1963:27; tarigan, 1985 : 1)

a. Menyimak dan Berbicara

Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication (Brooks, 1946 : 134).

Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, terrnyata dari hal – hal berikut ini:

1) Ujaran ( speech ) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru ( imitasi ), oleh karena itu model dan contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.

2) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang.

3) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup.

4) Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.

5) Meningkatkan keterampilan menimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

6) Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak.

7) Berbicara dengan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.

b. Menyimak dan membaca

Menyimak dan membaca mempunyai persamaan: Kedua-duanya besufat reseftif, besifat menerima (brooks, 1964: 134) bedanya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan perkataan lain: menyimak menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis. Penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan antara membaca dengan menyimak sebagai berikut ini:

1) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disamapikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman ternyata penting sekali.

2) Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning).

3) Walaupun menyimak permahaman (Listening comprehension) lebih ungul daripada membaca pemahaman (reading comprehension).

4) Para siswa m,embutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengajar itu baik.

5) Kosa kata simak (Listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.

6) Bagi para sisawa yang lebih besar atau yang lebih tinggi kelasnya, korelasi antra kosa kat baca dan kosa kata simak (reading vocabulary dan listening vocabulary) memang sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.

7) Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubungkan dengan mambaca yang tidak efektif.

8) Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau gagasan utama yang diajuakan oleh sang pembicara.

Selagi keterlampilan-kerterlampilan menyimak dan membaca erat berhubungan, maka peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain. Kedua-duanya merupakan proses saling mengisi. Membaca hendaklah disertai oleh diskusi (sebelum, selama dan sesudah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman umum, serta pemilikan ide-ide para siswa yang kita asuh (Dawson [et al], 1963: 29 – 30).

Selanjutnya seorang pakar lain mengemukakan pendapat sebagai berikut ini.

a) Baik membaca maupun menyimak menuntut dari para siswa pemilikan suatu kesiapan kecakapan. Hal ini mencakup kedewasaan mentol, kosa kata, kemampuan mengikuti urutan ide-ide, dan minat terhadap bahasa.

b) Maksud dan tujuan membaca dan menyimak bersifat fungsional dan apresiatif.

c) Baik dalam membaca maupun menyimak, biasanya kata bukanlah merupakan kesatuan pemahaman tetapi mempengaruhi pemahaman terhadap frase, kalimat, dan paragraf.

d) Baik dalam membaca maupun menyimak, kesatuan pemahaman lebih tertuju pada frase, kalimat, atau paragraph dari pada kata tungal itu sendri.

e) Sebagai tambahan terhadap pemahaman suatu kalimat atau bagian secara tepat dan alamiah, maka baik membaca maupun menyikmak dapat melibatkan interpretasi kritis dan kreatif terhadap bahan.

f) Membaca dan menyiamak dapat berlangsung dalam situasi-situasi individual atau social.

g) Untuk meningkatakan hasil yangt bhendak dicapai dalam membaca, maka setiap keterlampilan menyimak diikuti oleh kegiatan membaca yang sesuai dengan tujuan menyimak tersebut.

Tujuan Menyimak

Kegiatan Membaca

- Untuk membedakan dan menemukan unsure-unsur fonetik dan struktur kata lisan.

- Mempergunakan cuplikan – cuplikan yang mengandung kata – kata yang bersajak.

- Untuk menemukan dan memperkenalkan bunyi – bunyi, kata – kata, atau ide – ide baru kepada penyimak.

- Membaca nyaring, langsung atau buatan. Dalam hal ini rekaman dapat digunakan.

- Menyimak secara terperinci agar dapat menginterprestasikan ide pokok dan menanggapinya secara tepat.

- Sesudah menyimak, menunjukkan ide pokok beserta detail – detail yang terpancar darinya.

- Menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik atau kalimat penunjuk.

- Memahami kalimat penunjuk itu terjadi dalam posisi yang beraneka ragam.

c. Berbicara dan Membaca

Beberapa penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antra perkembangan percakapan berbahasa lisan dengan kesiapan membaca. Telaah – telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan – kemampuan umum berbahasa lisan turut memperlengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterlampilan bagi pengajaran membaca. Aneka hubungan antra bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahuai dalam beberapa telaah penelitian, antara lain:

1) Penformansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan percakapan berbahasa lisan.

2) Pola – pola ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali menggangu pelajaran membaca bagi anak – anak.

3) Pada tahun – tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu dasart bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak – anak yang lebih tinggi kel;asnya turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.

4) Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secra langsung.

d. Ekspresi lisan dan Tulisan

Wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erta sekali behubungan karena keduanya mempunyai banyak kesejajaran bahkan kesamaan, antara lain:

1) Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis, kosa kata.

2) Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancar, biasanya dapat pula menuliskan pengalaman – pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan.

3) Aneka perbedaan pun terdapat antara komunikasi lisan dan komunukasi tulis. Ekspresi lisan cenderung kearah kurang berstruktur, lebih sering berubah – ubah, tidak tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan dari pada ekspresi tulis. Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal.

4) Membuat catatan serta merakit bagan atau kerangka ide – ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong para siawa untuk mengutarakan ide – ide tersebut kepada para pendengar.

Menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicra dan menulis erta berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresiakan makna. Dalam penggunaanya, keempat keterlampilan tersebut sering sekali berhubungan satu sama lain. Seorang mahasiswa membuat catatan waktu dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan response pendengaran terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan, jelas terlihta bahwa berbicara dan menyimak hampir – hampir merupakan proses yang sama (Anderson, 1972: 3).

2. Pengajaran Menyimak

Meningkatnya kepentingan dan kegunaan menyimak sebagai suatu subjek telaah dan penelitian dicerminkan oleh kenyataan bahwa “Menyimak” telah memperoleh wadah satu bab khusus buat pertama kalinya pada tahun 1955 dalam keterlampilan berbahasa dalam “Review of educational research”. Disitu John G. Caffrey menunjuk dan menarik perhatian kita pada 10 jam pelajaran menyimak pada tingkat perguruan tinggi dan pada beberapa laporan pengajaran pada tingkat sekolah menengah.

Salah satu dari sekian telaah permulaan yang menunjukkan betapa pentingnya menyimak adalah telaah yang digunakan oleh Paul T. Rankin pada tahun 1926 yang melaporkan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Pada tahun 1950 Miriam E. Wilt melaporkan bahwa jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak – anak umtuk menyimak dikelas – kelas sekolah dasar kira – kira 11/2 sampai 2 jam sehari. Walaupun sekolah – sekolah telah lama menuntut pada siswa menyimak secara ekstensif, namun pengajaran langsung bagaimana cara yang terbaik untuk menyimak tetap saja terlupakan dan diabaikan berdasarkan asumsi bahwa hal itu merupakan kemampuan “alamiah” belaka.

Fakta – fakta bahwa para siswa dapat diajar dan dididik secara lebih efektif memang ada benarnya dan manfaatnya. Instruksi dalam menyimak akan bermanfaat sebagai alat uju yang mengembangkan alat ukur yang lebih baik. Kini beberapa tes standar mengenai menyimak telah tersedia pada tingkatan – tingkatan sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Perubahan – perubahan dalam sikap dan perilaku serta peningkatan – peningkatan dalam dinamika – dinamika kelompok sebagai sesuatu akibat peningkatan menyimak merupakan tujuan – tujuan pengajaran yang penting selama tes – tes standar atau ujian – ujian baku belum lagi tersedia (Early, 1957: 309- 10)

3. Belajar dan Menyimak

Mempelajari suatu bahasa dapat dilakukan dengan jalan:

a. Menyimaknya

b. Menirunya, dan

c. Mempraktekkanya

Langkah – langkah yang ditempu adalah sebagai berikut:

1) Menentukan makna

2) Memperagakan ekpresi

3) Menyuruh mengulangi

4) Memberikan latihan ekstensif

Menyimak merupakan dasar bagi proses belajar bahasa dan menurut Nida (1957: 30) menyimak terbagi menjadi 2 sebagai berikut:

1) Menyimak pasif (passive listening)

2) Menyimak selektif (selective listening)

4. Linguistik dan Guru Bahasa

Telaah bahasa dalam kebudayaan suatu bangsa merupakan aspek antropologi. Begitu juga halnya telaah mengenai cara – cara orang tua mendidik putra putrid meraka. Secara umum dapat dikemukakan bahwa linguis adalah ilmuan. Pokok bahasannya adalah bahasa. Dia berhubungan dengan masalah – masalah berikut ini:

1) Apakah bahasa ?

2) Bagaimana cara bahasa bekerja ?

3) Apa bagian – bagian bahasa ? Bagaimana cara bagian – bagian itu bekerja sama dengan baik ?

4) Bagaimana caranya bahasa – bahasa berbeda, dan apa pula persamaannya ?

Tugas para linguislah mencari penyelesaian masalah – masalah tersebut. Secara khusus lagi linguis murni (pure linguist):

1) Merngerjakan dengan tekun teori – teori bahasa, berusaha menemukan cara yang terbaik untuk menelaah, memberikan, dan menjelaskan cara berfikir bahasa dan bahasa – bahasa.

2) Pergi kelapangan mengumpulkan bahan: Yang dikumpulkan direkam, diawetkan, diklasifikasikan dan diterbitkan; memanfaatkan bahan – bahan yang telah dikumpulkan oleh orang lain.

3) Mensintesiskan konsep – konsep, ide – ide, hubungan – hubungan, berdasarkan bahan – bahan tadi: mengajarkan linguistic kepada para calon linguis yang mendatang, termasuk para guru bahasa.

Disamping linguistik murni terdapat pula linguistik terapan (applied linguistics). Sang linguis terapan membawa ilmu pengetahuan linguistik untuk mnyinggung serta memecahkan masalah – masalah seperti: pengajaran bahasa – bahasa, atau bagaimana cara membuatnya lebih efisien dengan berbagai upaya, antara lain;

1) Merencanakan sistem – sistem menulis bagi bahasa – bahasa yang sampai kini belum mempunyai aksara atau belum mengenal tulisan.

2) Membantu para teknisi lainnya membuat mesin penerjamah atau pengalih bahasa.

3) Bekerja sama dengan para psikolog, para pakar spesialis dalam membaca, dan lain – lainnya, memecahkan aneka masalah belajar bahasa problematik pengajar dan belajar membaca.

4) Menyiapkan kamus – kamus, tata bahasa, bahan bacaan bagi khalayak ramai, bagi siswa dan guru.

Banyak informasi linguistik yang dapat menjelaskan serta memecahkan kesulitan – kesulitan dan masalah – masalah belajar bahasa tanpa mengubah serta mempengaruhi prosedur – prosedur kelas. Demikianlah secara garis besar dapat kita rangkumkan bahwa;

a. Perhatikan ahli atau pakar bahasa tertuju pada:

1) Teori bahasa

2) Unsur – unsur bahasa

3) Sejarah bahasa

4) Telaah bahasa

5) Deskripsi bahasa

6) Universalia(kesemestaan) bahasa

7) Cara kerja bahasa

8) Dan lain-lain

b. Perhatikan guru atau pengajar bahasa tertuju pada:

1) Pengajaran bahasa

2) Pelajaran bahasa

3) Keterampilan berbahasa

4) Evaluasi

5) Tujuan

6) Latihan

7) Problematik

8) Remedi

Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, maka apabila seorang guru bahasa ingin merumuskan falsafah serta latihan-latihan yang akan diterapkan di dalam kelas kepada para siswa anak didiknya, memahami serta menguasai delapan prinsip dasar bahasa yang merupakan hakikat bahasa itu. Adapun kedelapan prinsip itu:

1) Bahasa adalah suatu system

2) Bahasa adalah vokal

3) Bahasa tersusun dari lambang – lambang arbitrer

4) Setiap bahasa bersifat unik

5) Bahasa dibangun dari kebiasaan

6) Bahasa adalah sarana komunokasi

7) Bahasa berhubungan dengan budaya setempat

8) Bhasa itu berubah dan dinamis

Kedelapan prinsip linguistik yang telah diutarakan tadi sangat penting diketahui serta dipahami oleh para guru bahasa Indonesia yang selalu berhadapan dengan para siswa anak didik meraka. Ada 10 fungsi bahasa yang dapat kita temui dalam kehidupan ini, yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam melaksanakan tugasnya yang mulai mendidik para siawa menjadi insane harapan nusa dan bangsa. Kesepuluh fungsi bahasa yang dimaksud akan kita bicrakan berikut ini:

1) Fungsi instrumental melayani pengelolaan lingkungan, mnyebabkan aneka peristiwa tertentu terjadi.

2) Fungsi regulasi bahasa adalah untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa – peristiwa. Terkadang fungsi regulasi ini memang agak sukar dibandingkan dari fungsi instrumental.

3) Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan – pernyataan, menyampaikan fakta – fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan atau “menggambarkan” realitas yang sebenarnya seperti yang dilihat oleh seseorang.

4) Fungsi interaksional bertigas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi social.

5) Fungsi personal bahasa member kesempatan kepada seseorang pembicara untuk mengeksprtesikan perasaan, emosi pribadi serta reaksi-reaksinya yang mendalam.

6) Fungsi heuristic melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari lingkungan.

7) Fungsi imajinatif bahasa melayani penciptaan system-sistem ataupun gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif.

8) Fungsi fragmatif dipergunakan untuk memancing tindakan atau response dari orang lain.

9) Fungsi matetik pada dasarnya mempergunakan bahasa untuk belajar pada masa anak-anak.

10) Fungsi ideasional muncul dari penggunaan bahasa untuk belajar lanjutkan pada masa anak-anak.

C. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini adapun terdapat rumusan – rumnusan makalah sebagai berikut :

1. Apa saja yang termasuk aspek keterampilan dalam berbahasa ?

2. Apakah hubungan perkembangan kecakapan berbahasa lisan dengan kesiapan membaca ?

3. Bagaimana meningkatkan pengajaran menyimak ?

4. Bagaimana cara belajar menyimak ?

5. Apa yang perlu diketahui para guru bahasa mengenai linguistik ?

5. Pengertian Menyimak

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung didalamnya.

6. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa ( language arts, language skills ) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu:

e. Keterampilan menyimak (listening skills)

f. Keterampilan berbicara (speaking skills)

g. Keterampilan membaca (reading skills)

h. Keterampilan menulis (writing skills)

Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan, mula – mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum kita memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis kita pelajari di sekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan ( catur tunggal).

Setiap keterampilan itu erat hubungannya dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa, bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir ( Dawson [et al],1963:27; tarigan, 1985 : 1)

e. Menyimak dan Berbicara

Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication (Brooks, 1946 : 134).

Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, terrnyata dari hal – hal berikut ini:

8) Ujaran ( speech ) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru ( imitasi ), oleh karena itu model dan contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.

9) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang.

10) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup.

11) Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.

12) Meningkatkan keterampilan menimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

13) Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak.

14) Berbicara dengan alat-alat peraga(visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.

f. Menyimak dan membaca

g. Berbicara dan Membaca

h. Ekspresi lisan dan Tulisan

7. Belajar dengan Menyimak

8. Linguistik dan Guru Bahasa

2 komentar:

  1. TERIMA KASIH,DENGAN BLOQ INI DAPAT MEMBACA GUNA MENAMBAH PENGALAMAN PRIBADI UNTUK PEMBELAJARAN.KA.TK AL-FURQON SROWO SIDAYU GRESIK JATIM

    BalasHapus